Padangexpo.com, Bukittinggi-Calon Walikota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias menyampaikan permohonan maaf atas tiga poin ucapan yang menyinggung dan merendahkan martabat profesi wartawan diwaktu jumpa pers di depan umum usai mendaftarkan diri di KPU Kota Bukittinggi, pada Kamis (29/08-2024) lalu.
Permohonan maaf itu disampaikan langsung dihadapan puluhan wartawan, bertempat d RM.Sederhana Jalan Sudirman, Sabtu (31/08-2024).
Calon Walikota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias yang berpasangan dengan calon Wakil Walikota, Ibnu Asis, diusung Oleh Partai PKS, Demokrat dan PAN saat itu
Berpidato didepan umum menyebutkan pertama, wartawan digaji oleh Pemko Bukittinggi 1 juta sebulan, yang kemudian disambut nada meremehkan oleh salah seorang timnya, Ibra Yaser yang merupakan Anggota DPRD Kota Bukittinggi dari fraksi PKS dengan teriakan “Wartawan Lah Banyak Tamakan Abuak (Wartawan sudah banyak termakan rambut).dan Pernyataan itu mengundang sorakan dari massa yang sangat ramai.
Kedua. Wartawan tidak ada memberitakan masalah pembangunan SD 08 yang terbengkalai dan ketiga wartawan tidak berani membuat berita kritis.
Sehingga membuat puluhan wartawan dari berbagai organisasi wartawan di Bukittinggi menyayangkan dan mengecam pernyataan Ramlan Nurmatias dan salah seorang timnya yang melecehkan profesi wartawan.
Ketua PWI Bukittinggi, Ikhwan Salim menyesalkan pernyataan mantan Wali Kota Bukittinggi 2015-2020 itu. Ia juga membantah wartawan digaji oleh Pemko Bukittinggi.
“Wartawan tidak digaji, namun ada perjanjian publikasi antara media atau perusahaan (bukan wartawan) terkait pemberitaan kegiatan pemerintah.
Kerjasama seperti ini sudah lama dilakukan Pemkot Bukittinggi dari masa pemerintahan sebelum-sebelumnya bahkan di daerah lain.
Bahkan zaman kepemimpinan Ramlan, kerjasama ini juga adai,” Ikhwan Salim .
Ketua Bukittinggi Press Club (BPC), Haswandi mengatakan, Ramlan Nurmatias keliru memaknai kerjasama media dengan pemerintah.
Yang melakukan kerjasama itu adalah medianya, bukan wartawannya. Jadi kalau menyebut wartawan digaji satu juta perbulan dari pemerintah, itu sangat keliru.
Dalam kerjasama itu, pemerintah membayar biaya promosi dan sosialisasi kepada perusahaan media, bukan membayar ke pribadi wartawannya.
“Kerjasama itu juga terjadi karena ada kesepakatan kedua belah pihak, yang mana pemerintah butuh sosialisasi dan promosi, namun segala biayanya ditanggung oleh pemerintah,” kata Haswandi.
Haswandi, menegaskan, tidak ada satu poin pun dalam perjanjian kerjasama yang menyatakan media atau wartawan tunduk kepada pemerintah.
Kerjasama itu sifatnya promosi dan sosialisasi, dan tidak membatasi wartawan dalam berkreativitas terkait tema liputan.
Wartawan tidak kehilangan tugas kontrol sosial, hanya gara-gara kerjasama itu. Tidak ada satupun poin kerjasama yang mengekang kebebasan wartawan dalam bertugas,” tegas Haswandi.
Secara umum, Wartawan di Bukittinggi meskipun ada yang memiliki kerjasama publikasi dengan Pemkot Bukittinggi, namun bukan berarti “Tidak Berani” menulis berita kritis..Peryataan itu dibantah oleh Iwan dengan beberapa antaranya adalah masalah Drainase (yang mengangkat nama Ibra Yaser saat berani adu argumentasi dengan kontraktor), Perwako 40-41, Spanduk warga minta Erman Safar turun di Jalan Aur, Demo pedagang Aur Kuning menolak Perda Pengelolaan Pasar, Kasus Awning. Jalan Minang Kabau.
Selanjutnya Kasus Inses, Anggota DPRD berkata kotor, Kendaraan aset Pemko yang hilang, Kartu Bukittinggi Hebat, Kebersihan Taman Jam Gadang, Beras Baznas, Isu perpecahan antara Wali Kota dengan Wakil Wali Kota dan berita kontrol sosial lainnya.
Memberitakan kasus korupsi yang melibatkan oknum ASN Bukittinggi. Kemudian, wartawan Bukittinggi juga ramai-ramai memberitakan kisruh bantuan Baznas yang gunakan logo pemerintah,
“Itu hanya beberapa contoh. Jadi kalau Pak Ramlan menyebut wartawan tidak berani membuat berita buruk pemerintah karena adanya kerjasama, itu keliru besar,” ujar Iwan.
Ramlan NNurmatias, setelah mendengarkan penjelasan dari wartawan, menyampaikan permintaan maaf dan klarifikasi terkait pernyataannya yang menyinggung profesi wartawan , saya tidak memiliki niat menyinggung profesi wartawan dan tidak begitu mengetahui soal pemberitaan sejak tidak lagi menjabat.
“Pernyataan tersebut tidak bermaksud menyerang siapa pun, melainkan hanya ungkapan dari perasaan pribadinya.
Saya minta maaf, tidak ada niat untuk merendahkan wartawan,” ujar Ramlan Nurmatias.
Ramlan mengatakan, Ini hanya terkait hati dan perasaan saya yang merasa ditinggalkan rekan wartawan dalam empat tahun terakhir ini.
Sekali lagi kalau salah saya minta maaf, tidak ada manusia yang sempurna.
“Saya berharap klarifikasi yang saya sampaikan ini dapat meredakan polemik yang terjadi dan mengembalikan hubungan baiknya dengan para jurnalis di Bukittinggi,” kata Ramlan. (Fadhil)