Wartawan Itu Harus Profesional dan Harus Bisa Menulis Berita

625

| padangexpo.com

Profesi seorang wartawan atau jurnalis sangat erat kaitanya dengan tulis menulis karena hasil liputan atau hasil wawancara setiap hari harus dituangkan dalam tulisan, banyak oknum wartawan di kabupaten Karawang yang tidak pernah atau tidak bisa menulis berita, terus apa saja yang mereka lakukan sehingga tidak paham apa arti sesungguhnya wartawan itu.

Apabila dicermati, kalimat diatas sangat ironi dengan yang sesungguhnya terjadi, menurut logika tidak masuk akal Karena tidak mungkin seorang wartawan tidak dapat menulis berita. jika ditilik dari namanya saja wartawan atau jurnalis yang secara harfiah, orang awam mengartikannya sebagai orang yang berprofesi sebagai pewarta atau penulis berita, oleh karena itu maka jangan pernah mengaku sebagai wartawan, jika merasa tidak bisa menulis berita.

Fenomena yang terjadi di era kebebasan pers seperti sekarang ini, banyak orang dapat mengaku wartawan. Entah orang tersebut menjadi wartawan karena memang ia memiliki kompetensi di bidang kewartawanan (Jurnalistik), atau hanya sekedar mendapatkan kesempatan menjadi wartawan karena ditawari temannya atau mengajukan permohonan ke sebuah perusahaan media dengan persyaratan atau memang kebutuhan sehari-hari bagi yang sudah keluarga jadi realita seorang wartawan ada yang tidak dapat menulis berita.

Apabila ini yang terjadi, maka persoalan persyaratan mendasar yang harus dimiliki seorang wartawan, tidak lagi menjadi sesuatu yang penting. Akibatnya, banyak orang mengaku wartawan, tetapi sebetulnya dia tidak dapat menulis berita. Bahkan mereka juga dapat memperoleh legalisasi dari sebuah perusahaan media tersebut, dengan surat penugasan dan ID Card. Kemudian, tidak heran jika muncul istilah wartawan odong-odong  adalagi yang menyebut wartawan “CNN” alias Can Nulis Nulis, wartawan bodrek dan lain sebagainya.

Di lapangan, yang mereka lakukan adalah berkunjung ke tempat yang dituju, kemudian ngobrol tanpa kepentingan konfirmasi yang jelas, dan ujung-ujungnya hanya menginginkan uang bensin. Apa yang mereka lakukan itu, dianggapnya sebagai kegiatan liputan seperti yang sebenarnya dilakukan seorang wartawan sungguhan.

BACA JUGA :  Disparpora Kota Bukittinggi Laksanakan Sosialisasi Pedoman Penerapan CHSE (Clean, Health, Safety and Environtment Sustainability)

Kita harapkan kedepan harus ada tindakan tegas dari pemkab untuk menertibkan oknum wartawan yang kerjanya cuma luntang-lantung ngga jelas, bahkan dari mereka ada yang hanya ikut-ikutan jalan dengan wartawan resmi yang mempunyai ID Card dan surat tugas,yang penting katanya dapat uang bensin masalah berita nomor sekian dan mereka tidak merasa kuatir akan ada razia KTA pemerintah itu bebas alasan yang mendasar, coba kalau di luar negeri lebih profesional. [HM]