Nusa Tenggara Barat, 2020
Batu Lanteh adalah sebuah Kecamatan terpencil dan terisolir, meskipun Wilayahnya tidak terlalu jauh dari Kabupaten Sumbawa Besar, Batu Lanteh memiliki 6 Desa jarak tempuh yang sangat jauh, begitu pula dengan Dusunnya.
Kecamatan Batu Lanteh sendiri terdiri dari 6 Desa dengan memiliki 24 Dusun, yaitu Desa Klungkung, Desa Batudulang, Desa Tepal, Desa Tangkampulit, Desa Baturotok, Desa Baodesa.
Sebagai salah satu daerah penghasil Kopi dan Kemiri di Kabupaten Sumbawa, masyarakat Batu Lanteh sendiri sangat berpegang teguh dan kokoh dalam nilai agama dan budaya, salah satunya Desa di Kecamatan Batu Lanteh yang letaknya di Desa Tepal dan disebut dengan Mekka Kecil.
Ada banyak hal yang membuat saya harus bertahan sebagai seorang Penyuluh KB di Wilayah tersebut, dan menjalani masa tugas yang hampir berjalan selama satu tahun di Batu Lanteh, kenapa harus di Batu Lanteh ? begitu ungkapan teman, saudara semenjak aku mengajukan pindah tugas ke Wilayah / Kecamatan tersebut.
Meskipun Batu Lanteh adalah Kecamatan yang sangat jauh terpencil dan terisolir, dan perjalanan yang sangat sulit dilalui dengan kendaraan roda dua, serta perjalanan yang memakan waktu berjam-jam apalagi saat musim hujan datang, cukup menantang memang.
Ditambah lagi jurang yang terjal dan curam membuat tantangan sendiri bagiku untuk melaluinya, walaupun ada yang sudah mulai di aspal, namun tidak pernah membuat langkahku terhenti demi sebuah tugas mulia yang dijalani.
Awal mula saya tertarik pindah tugas di Batu Lanteh karena ada seorang teman yang selalu bercerita bahwa Desa Lanteh itu ibarat Negeri Diatas Awan yang mana kondisi alam, jalan yang berkabut, dan letak diatas pegunungan itulah yang membuat diri ku merasa tertantang untuk melewatinya.
Memang tidak dipungkiri, masyarakat yang letak Desanya diatas pegunungan tentu segala macam informasi apapun terbatas mereka terima, dikarenakan kondisi medan yang dilalui menuju Desa tersebut cukup membutuhkan waktu yang panjang.
Begitu juga dengan perihal tentang KB, ternyata selama ini Desa tersebut sangat jarang dikunjungi oleh petugas KB bahkan yang lebih mirisnya, masyarakat itu sendiri banyak yang tidak paham apa itu KB ?. Wajar rasanya jika mereka tidak terlalu paham tentang KB dan Petugas pun jarang menghampiri dikarenakan jarak tempuh menuju Desa tersebut hampir mencapai 4 hingga 5 jam untuk sampai ketujuan. Itupun harus menggunakan sepeda motor, jika memakai kendaraan roda empat jenis hartop para penumpang bisa menginap di rumah masyarakat karena kondisi medan yang dilalui cukup memprihatinkan.
Berbicara tentang mengapa harus Kecamatan Batu Lanteh ? karena adanya sebuah panggilan tugas yang ikhlas dan penuh tantangan sebagai PKB dan membawa perubahan terhadap desa desa yang ada di Kecamatan Batu Lanteh yang mana masyarakatnya kurang pemahaman tentang apa itu KB,dan apa saja alat kontasepsi yang baik digunakan dan bagaimana alat kontrsepsi itu bekerja di dalam tubuh seorang wanita /Ibu.
Sembari menunggu surat pindah tugas selama 6 bulan berjalan ke depan, saya tetap mengunjungi desa- desa tersebut sambil mencari sasaran MKJP dan penyuluhan tentang KB dan jenis alat dan metode kontrasepsi.
Saat surat pindah tugas dikeluarkan pada oktober 2019 lalu, akhirnya dengan tekad dan optimis saya terima tantangan tugas baru tersebut, dan menjadi sebagai PKB Ahli Muda satu-satunya penyuluh setelah senior saya memasuki masa pensiunnya.
Saat penugasan awal, saya diberikan tugas yang sangat jauh oleh KUPT Wilayah Tugas. Ada 2 Desa yang harus ditempuh Wilayah penduduknya dan PUS nya sangat banyak. Namun, karena sebuah niat tidak membuat saya mundur untuk merubah pemikiran masyarakat tentang pentingnya KB.
Berbicara mengenai KB, masyarakat mengenalnya hanya dengan suntik sehat menurut mereka. Kenapa dikatakan suntik sehat ? karena ibu – ibu yang menggunakan alat kontasepsi KB suntikan akan mengalami kegemukan dan bisa dikatakan akan menimbulkan sebuah penyakit ketika digunakan terlalu lama dengan waktu di atas 3 tahun.
Sebab suntik KB tersebut memiliki begitu banyak hormon progestin yang bisa menyebabkan kegemukan pada ibu-ibu dengan jangka waktu suntik ulang yang begitu dekat hanya 3 bulan saja, dan setiap alat kontrasepsi mempunyai kelebihan dan keterbatasan sendiri.
Namun, sebagai PKB saya tidak menyarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi berupa suntikan, saya ingin para ibu disana mengenal alat kontrasepsi, sebab begitu banyak jenis alat kontrasepsi yang ada seperti MOW, IUD, IMPLANT.
Bukan hanya dari kaum ibu-ibu saja saya berikan penyuluhan tentang MOP, IMPLANT yang salah satu sasaran alat kontrasepsi yang saya tawarkan. Kenapa IMPLANT? Karena IMPLANT adalah alat kontrasepsi yang saat itu gampang dipasang oleh Bidan dan tidak terlalu rumit. Intinya saya harus mendapatkan sasaran Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).
Mulai dari 2019 sejak SK saya berjalan, mulailah melakukan penyuluhan dan saat itu ditantang oleh Tim Puskesmas untuk mendapatkan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sebanyak 5 saja jika mampu. saya mencoba menyimpan tantangan dan perkataan bahwa penyuluh KB tidak pernah berkontribusi atau bekerja melakukan penyuluhan.
MKJP sendiri adalah sasaran utama bagi saya, meskipun sederhana hanya berupa alat kontrasepsi Implant, namun itu adalah sebuah tantangan yang harus didapatkan. Tepat waktu di sebuah Desa Tepal, Dusun Tepal dengan jarak tempuh perjalanan 4 jam meskipun saat itu lelah, namun harus segera saya selesaikan tantangan tersebut.
Desa Tepal sendiri konon dinamakan sebagai Mekka Kecil saya untuk memulai sebuah penyuluhan baik secara sosialisasi melalui pengumuman di Masjid hingga mendatangi rumah masyarakat satu per satu yang dibantu oleh Bidan Desa yang pernah mendapatkan Beasiswa Menkes dan menjadi Bidan teladan.
Mungkin inilah berkah dari hasil yang saya dapatkan, sebab sebuah prinsip yang harus dipegang adalah harus selalu optimis, tidak menyerah dan putus asa demi untuk merubah pemikiran masyarakat tentang KB dan suntik sehat.
Hasil yang membanggakan buat saya dikala itu, satu per satu saya mendapatkan calon akseptor dan melakukan pelayanan KB gratis yang dibantu bersama Bidan Desa sebanyak 2 orang. Mulai dari sana akhirnya saya mendapatkan untuk pelayanan tersebut sebanyak 23 calon akseptor.
Kesungguhan dan konsistensi ketika melakukan sesuatu, pastinya akan menemukan suatu keberhasilan, walaupun dalam prosesnya harus bersusah payah.
Menjadi PKB merupakan tugas menarik, dikarenakan bertemu dengan berbagai orang yang bermacam karakter. Ada beberapa warga ketika diberikan penyuluhan tersebut, seperti tidak mau mengikuti penyuluhan. Namun saya memiliki cara agar warga mau mengikuti penyuluhan.
Ada saja yang tidak tertarik. Tapi karena dibekali ilmu Keep Conseling, sehingga warga bisa tertarik kepada edukasi yang diberikan, untuk menurunkan angka pertumbuhan penduduk sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Penyuluh Kependudukan Keluarga Berencana merupakan ujung tombak dari keberhasilan program-program yang diusung BKKBBN. Para penyuluh tersebut harus berperan seperti kamus yang mampu menjawab setiap pertanyaan masyarakat mengenai program pemerintah.
Saat ini terjadi perubahan paradigma yang mengikuti prilaku dan sikap masyarakat. Saat ini masyarakat tidak menerima pesan dengan mentah. Program-program pemerintah yang dulu bisa langsung diterima oleh masyarakat, saat ini sudah tidak berlaku lagi. Masyarakat saat ini lebih kritis dan penuh keingin tahuan. Untuk itu harus ada komunikasi dua arah antara penyuluh dengan masyarakat sehingga mencapai pemahaman.
Ini bukan perkara yang mudah, tetapi bisa diusahakan dengan optimal. Kalau itu berhasil, saya yakin penyuluh akan disegani masyarakat dan menjadi idola untuk penyampaian informasi pemerintah.**
Sumber : Ratna
Editor : d79